Siapa yang nggak kenal dengan film ini di Netflix? Film yang mendapat 12 piala citra di Festival Film Indonesia (FFI) dan tayang perdana di Busan International Film Festival (BIFF) serta salah satu kru film yang viral karena histori perbuatan yang tidak menyenangkan — Photocopier, alias Penyalin Cahaya.
Pertama kali film ini diperbincangkan di sosial media, gue sangat excited untuk menontonnya. Saat itu, gue taunya ini film tentang sexual harrassment yang gue pikir akan seperti 27 Steps of May, ternyata berbeda.
Ada seseorang yang gue follow di Instagram mereview film ini dengan opini yang kurang menyenangkan buat dia. Dia menyayangkan bahwa film tersebut lebih menampilkan ketidakrelaan penyintas sexual harassment karena kehilangan beasiswa dibanding dampak psikologis yang diterima oleh penyintas. Karena opini tersebut lah yang membuat gue tergerak untuk menonton filmnya.
Nonton trailernya dulu di sini:
Sebenarnya nggak bisa disalahkan juga kalau filmnya ngga sesuai ekspektasi dari orang tersebut. Udah jelas juga blurbnya menejelaskan bahwa film ini tentang mahasiswa yang beasiswanya dicabut karena tersebar foto yang menurut dosennya perbuatan tidak menyenangkan.
Gue sangat enjoy dengan film ini, merasa masuk ke dalam filmnya dan ikut menebak alurnya. Alurnya rapi banget! Semua petunjuk satu persatu diperlihatkan. Suryani terlalu cerdas untuk memecahkan siapa pelaku kekerasan seksual, yang sebenarnya itu bukan tujuan awalnya untuk mendapatkan hak beasiswanya kembali.
Entah gue yang kurang jauh pengetahuannya atau memang hal ini janggal, ada salah satu penyintas yang menurut gue kurang masuk akal untuk dijadikan objek pelaku. Ya, mungkin memang tujuannya film ini mau menunjukkan bahwa objek dari pelaku kekerasan seksual bukan hanya dilihat dari penampilan aja, tapi murni dari otak abnormal si pelaku. Atau mungkin, pelaku punya fetish terkait “ciri khas” di tubuh orang yang dikenal.
Film ini punya pesan terselubung yang menyindir hukum di Indonesia terkait kekerasan seksual. Gue pribadi nggak bisa membayangkan jika ada di posisi tersebut harus apa, karena melapor ke pihak berwajibpun tidak berguna. Sanksi yang tepat untuk pelaku kekerasan seksual saat ini ya sanksi sosial.
Ya, intinya sih film ini tentang mahasiswa yang ingin hak beasiswanya kembali, tapi secara tidak sengaja, dia mengungkap pelaku kekerasan seksual yang ada di UKM di kampusnya. Gue cukup paham kenapa ada yang bilang film ini kurang memperlihatkan dampak psikologis dari penyintas sih.