Dari Film Budi Pekerti, Aku Belajar..

Bahwa nggak selamanya ucapan dan tindakan yang kita keluarkan itu akan tersampaikan dengan baik, sesuai dengan semestinya.

Sebelum baca lebih lanjut, gue mau kasih warning kalau tulisan ini akan mengandung spoiler. Jika kalian berniat untuk menonton, tapi tidak masalah kalau kena spoiler, silakan lanjut baca!

Film Budi Pekerti ini bercerita tentang seorang guru BK yang video perselisihannya dengan pengunjung pasar menjadi viral di media sosial.

Akibat tindakannya yang dinilai tidak mencerminkan pribadi seorang guru, ia dan keluarganya mengalami perundungan. Kesalahannya dicari-cari hingga terancam kehilangan pekerjaan.

Nggak cuma dirinya yang terlibat masalah, tapi juga keluarganya. Dan apapun tindakan yang dilakuin, bisa menimbulkan masalah baru.

Gue tertarik film ini karena sering melihat konten behind the scene dari Prilly di Tiktok. Ditambah, gue habis menonton video interview Wregas, Dwi Sasono, dan Sha Ine di youtube channel HAHAHA TV.

Proses produksi film ini sangat menarik. Cara Wregas mendirect pemainnya sangat menarik. Dia menyesuaikan dengan karakter masing-masing pemain.

Pesan dari film Budi Pekerti ini tersampaikan dengan baik di saya.

Kejadian yang dialami Bu Prani, di mana Ia mendapat tuduhan(?) dari netizen, yang mana dia berniat untuk menegur seseorang yang sedang menyelak antrian di toko langganannya. Orang yang ditegur tidak menerima, sehingga dia menyerang Bu Prani balik. Pemilik toko membela Bu Prani dengan memberikan antrian duluan, hal ini makin bikin penyelak antrian itu menyerang Bu Prani. Bu Prani mengalah, dan membatalkan antriannya sambil mengucapkan, “Ah Suwi”— yang ternyata ini terdengar seperti mengumpat, “Asui!”.

Kejadian tersebut terekam dan diupload ke social media. Videonya viral dan mempengaruhi ke pekerjaan Bu Prani dan kehidupan keluarganya. Semua tindakan yang dia lakukan akan selalu salah di mata banyak orang.

Bu Prani berada di dua pilihan: membuat klarifikasi atau tidak. Ia diminta buat klarifikasi oleh pihak sekolah, tempat dia bekerja. Namun di sisi lain, Muklas, anaknya, menyarankan untuk tidak membuat klarifikasi karena di video tersebut tidak terpampang jelas wajah Bu Prani karena masker yang digunakan.

Namun karena identitas masker yang digunakan, banyak yang menyadari bahwa itu Bu Prani, seorang guru BK yang perilakunya tidak mencerminkan guru BK. Video tersebut juga ditonton oleh muridnya, sehingga pihak sekolah meminta Bu Prani untuk membuat video klarifikasi demi menyelamatkan citra sekolah, dan permintaan itu dipenuhi oleh Bu Prani.

Pilihan yang diputuskan Bu Prani itu berdampak pada Muklas, influencer yang bahas konten meditasi dengan pendekatan sifat hewan-hewan. Followers Muklas ada yang menyadari video viral itu adalah ibunya, namun tidak diakui oleh Muklas. Ketika ibunya membuat video klarifikasi, followersnya menghujat perilaku Muklas yang tidak mengakui ibunya, citranya menjadi buruk, tawaran kerja sama menjadi turun.

Alumni murid Bu Prani membuat gerakan untuk membersihkan nama baik Bu Prani dengan cara membuat video dampak positif dari pendidikan yang diberikan Bu Prani saat di bangku sekolah. Namun salah satu muridnya, Gora, memberi testimoni hukuman yang didapat tidak wajar dengan usia sehingga netizen banyak berasumsi bahwa Gora saat ini mendapat trauma dari kejadian tersebut. Video Gora justru memberikan bumerang kepada Bu Prani. Media tempat bekerja Gora, dan juga Tita, membuat berita yang bikin Bu Prani semakin terlihat buruk.

Film Budi Pekerti ini mengajak gue untuk berkontemplasi, ada muncul banyak pertanyaan, di antaranya:

  1. Jika gue berada di posisi Bu Prani, diminta buat keputusan yang masing-masing punya dampak negatif dan positif, yang mana yang akan aku pilih?
  2. Jika gue berada di posisi Muklas, apakah gue akan mengakui kesalahan ibu dan ikutan klarifikasi? Sebagai content creator yang membahas soal wellness, perilaku ibunya yang terlihat buruk di media itu bikin bingung sih.
  3. Jika gue bekerja di media, apakah gue akan membuat artikel dan memframing perilaku buruk seseorang demi KPI? Ini jahat BANGET sih. Sisi kemanusiaannya buruk.

Dan masih banyak lagi. Banyak juga pelajaran yang gue petik. Dari film ini, menyadarkan gue bahwa:

Mau kita mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya dan sebaik apapun, pasti TIDAK AKAN diterima oleh orang lain yang tidak mau terbuka dengan opini lain.

Budi Pekerti, 2024

Pada akhirnya, yang bisa dilakuin yaitu menerima, memaafkan, dan memutuskan sesuatu hal yang tidak memperpanjang masalah tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *