Sabtu, 14 Oktober 2023 tiba-tiba temen saya mengajak ke sebuah pameran seni temannya. Saya mengiyakan dan ternyata pameran yang dimaksud bertema.. Colors of Grief. Di saat saya lagi memproses banyak kejadian yang berkaitan dengan duka, teman saya mengajak ke pameran yang selaras.
Hidup itu nggak ada yang kebetulan kan? Semua yang terjadi, pasti ada alasannya yang cuma kita sendiri yang mengerti.
Ternyata, momen tersebut menyadarkan saya akan banyak hal, salah satunya tentang kehilangan. Saya sampai datang ke pameran tersebut 2x, biar bisa lebih memaknai karya tersebut.
Pada kunjungan kedua, saya bertemu senimannya, Mba Mira. Di mana hari sebelumnxaya, saya memang kirim DM kalau ingin tau cerita karya-karyanya dan ternyata semesta mendukung.
Mba Mira cerita bahwa karya-karyanya ini menceritakan perjalanan self-healingnya. Kehilangan orang-orang yang dia sayang, meninggalkan trauma yang cukup besar, sampai kehilangan dirinya sendiri, merasa hidup nggak ada artinya, merasa gagal menjadi ibu, dan merasa tidak berhak bahagia.
Saya pernah ada di posisi itu. Saya pernah kehilangan orang yang saya sayang, Ibu. Saat kepergiannya, saya merasa baik-baik aja seolah hal itu bukan sesuatu yang besar harus ditangisi terus menerus dan merasa mengerti bahwa, “ya itu emang sudah waktunya.”
Tapi kenyataannya, nggak. Ternyata saya ngga baik-baik aja. Ada masanya saya menangisi hal itu. Ada masanya saya merasa, “kayaknya tujuan hidup gue udah kelar” cuma karena tuntutan pendidikan sebagai anak sudah selesai, seseorang yang “menuntut” juga sudah pergi. Ditambah kejadian-kejadian di luar ekspektasi saya itu terjadi dan menghasilkan rasa kecewa yang cukup berat. Saya merasa tidak bisa apa-apa untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Pada akhirnya, saya diingatkan teman-teman akan hal itu karena mereka merasakannya. Menurut mereka, saya penuh duka dan kesedihan. Gelap, kosong, dan hampa. Ketiga kata itu yang mendeskrisikan saya saat itu.
Saya merasa terhubung dengan karya-karya Mba Mira. Karya Mba Mira semakin menyadarkan saya bahwa… Saat itu, saya nggak cuma kehilangan Ibu, tapi juga diri saya sendiri.
Dari lukisan di kanvas 200cm x 140cm karya Mba Mira, saya jadi muncul pertanyaan.. kenapa duka berhubungan dengan gelap, di saat sebenernya itu bisa mewarnai kehidupan seseorang?
Ibarat hidup itu adalah kanvas kosong putih, sedangkan emosi dan perasaan yang hadir itu cat yang bisa mewarnai kanvas tersebut. Jika warna hitam/gelap merepresentasikan duka, warna ini bisa melengkapi sebuah karya yang bisa menambah nilai seni, kan? Sama halnya dengan duka di kehidupan. Dia bisa menambah nilai hidup di seseorang, setelah diproses. Ketika sudah memproses duka tersebut dan menemukan titik terang, duka bisa “menyumbang” warna di kehidupan, juga menambah nilai-nilai dalam hidup.
Saya merasa ketika saya bisa melihat kehidupan secara “utuh”, saya bisa mengagumi seberapa indahnya hidup saya dan bisa lebih bersyukur lagi kepada Sang Pencipta.
Salah satu karyanya Mba Mira ada yang menceritakan tentang Intersection of Loss. Di sini dia bilang, “once grief begins, it never truly ends”, dan aku setuju.
Rasa sedih itu gak akan pernah hilang, sewaktu-waktu pasti akan muncul. Tinggal bagaimana kita bisa merespon perasaan itu dan tidak tenggelam dalam kesedihan.
Semua perasaan yang muncul itu valid. Sadari hal itu, kenali pemicunya, lakukan sesuatu hal yg positif, dan berdamai. Hal itu yang sering saya lakukan ketika muncul emosi yang kurang menyenangkan.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam perjalanan penyembuhan diri. Jika Mba Mira melakukan penyembuhan itu melalui melukis dengan bantuan therapist professional, saya dengan cara berbicara dengan teman-teman. Saya merasa beruntung punya teman-teman yang sadar akan kesehatan mental sehingga bisa menjalani perjalanan ini bersama-sama.
Begitupun dengan Mba Mira, Ia membuat pameran Colors of Grief untuk menunjukkan bahwa kita nggak sendirian dalam menghadapi masalah kesehatan mental.
Media yang dipakai untuk berkarya bukan cuma kanvas dan cat, tapi juga video, barang bekas yang di re-use, patung, dan lainnya. Dia juga melukis secara intuitif, jadi menyesuaikan kondisi saat itu.
Karya yang dia tampilkan sering mengandung unsur jantung. Saya pikir, itu merepresentasikan pusat kehidupan atau cinta. Ternyata hal itu bermakna lain untuk Mba Mira. Anaknya berpulang karena sakit jantung.
Saya bersyukur bisa hadir ke pameran ini karena memberi saya perspektif lain dari duka. Semoga pengunjung yang hadir juga mendapat perspektif baru dari sini.